Anda mungkin pernah mendengar slogan ‘jas merah’ dari Bung Karno, yang merupakan singkatan dari ‘jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.’ Slogan ini tampaknya akan cocok untuk disampaikan pada BlackBerry yang tengah berusaha memperbaiki posisi mereka di peta persaingan industri mobile. Bukan untuk terbuai dengan kesuksesan mereka di periode pertengahan 2000, namun untuk mengingat periode saat mereka mulai menunjukkan gejala-gejala penurunan.
Bloomberg Businessweek hari ini merilis sebuah artikel yang berisikan kisah para mantan eksekutif dan juga pihak-pihak yang dekat dengan BlackBerry; tentang masa-masa yang mengawali penurunan performa perusahaan tersebut. Hal pertama yang nampak jelas dari hasil wawancara Bloomberg tersebut adalah para pimpinan senior yang duduk di jajaran manajemen BlackBerry (alias RIM pada waktu itu) tampaknya terlalu meremahkan kemunculan iPhone.
”Saya ingat ketika sedang mengikuti sebuah rapat dan CIO RIM pada saat itu nampak jelas membawa sebuah iPhone,” kata Chris Key, mantan global account manager BlackBerry di tahun 2001-2009. “Saya melihat bahwa banyak sekali eksekutif senior membawa iPhone. Dan itu adalah sebuah peringatan besar bagi saya. Sikap dari kebanyakan pimpinan senior di BlackBerry adalah ‘Solusi dari BlackBerry sangatlah aman dan layanan ini akan benar-benar mengunci data-data perusahaan. Layanan BlackBerry juga akan memungkinkan sebuah organisasi mempertahankan sebuah kendali seutuhnya dari fungsi bisnis di sebuah perangkat. Sementara iPhone adalah sebuah player untuk musik dan juga mainan di mata konsumen.”
Sementara para eksekutif BlackBerry meremehkan iPhone, kualitas dari produk-produk mereka terus menurun. Kanal Gupta, CEO dari perusahaan developer aplikasi Polar mencatat bahwa perilisan BlackBerry Storm yang memiliki begitu banyak bug merupakan momen ketika dia menyadari bahwa ada sesuatu yang gawat di mabes BlackBerry. Di sisi lain, editor CrackBerry Kevin Michaluk mengatakan bahwa momen yang paling mengkhawatirkan baginya adalah ketika BlackBerry mulai mengirimkan BlackBerry Bold 9000 dengan aplikasi browser yang sama sekali tak bisa digunakan.
Salah seorang rekanan developer lain yaitu Alkarim Nasser dari Bnotions mengatakan bahwa gong dari segala peristiwa tersebut adalah perilisan tablet PlayBook. “Kami masih belum benar-benar menyerah sampai akhir 2010, dimana BlackBerry meluncurkan tablet PlayBook tanpa disertai fitur email. Hal itulah yang akhirnya membuat kami memutuskan untuk menghentikan dukungan pada BlackBerry. Dan para pelanggan juga telah berhenti meminta kehadirannya.”
Penasaran dengan kisah lengkapnya? Langsung saja baca keseluruhannya di website Bloomberg Businessweek.
Posting Komentar Blogger Facebook